PENALARAN INDUKTIF

PENALARAN

Menurut wikipedia, penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Penalaran merupakan proses berpikir yang sistematik untuk memperolch kesimpulan berupa pengetahuan. Penalaran sangat erat kaitannya dengan berpikir dan logika. Sadar atau tidak,dalam hidup ini kita selalu berpikir. Kegiatan berpikir yang dilakukan secara sadar, tersusun dalam hubungan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk menghasilkan suatu kesimpulan ini lah yang kita katakan sebagai proses bernalar. Penalaran dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif. Pada kesempatan kali ini, saya akan menjelaskan tentang penalaran induktif terlebih dulu.

PENALARAN INDUKTIF

Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut induksi. Atau secara singkat dapat kita katakan sebagai penarikan kesimpulan dari sesuatu yang sifatnya khusus menjadi yang sifatnya umum. Penalaran induktif sendiri dapat kita bedakan lagi menjadi generalisasi, analogi, dan sebab-akibat (kausal).

1. Generalisasi

Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Menurut Gorys Keraf dalam buku Argumentasi dan Narasi, Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup fenomena tadi. (Gorys Keraf, 1994:43).

Contoh:
- Andi adalah anak kelas 3ka01 dan dia rajin.
- Dina juga anak kelas 3ka01, dan dia rajin.
Jadi disimpulkan bahwa anak kelas 3ka01 adalah anak yang rajin.

Dari segi kuantitas fenomena yang menjadi dasar penyimpulan, generalisasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Generalisasi sempurna : dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
2. Generalisasi tidak sempurna : dimana sebagian fenomena sejenis yang menjadi dasar penyimpulan belum diselidiki.

Dari segi bentuk, generalisasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Loncatan Induktif
Generalisasi ini bertolak dari beberapa fakta yang dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Contoh:
Shela suka membaca buku. Krisna juga suka membaca buku. Linda suka menulis puisi. Sinta suka mengarang cerita. Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak kelas 3ka01 suka literatur.

2. Tanpa Loncatan Induktif
Bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
Contoh:
Pak Adam menyukai seni pahat. Istrinya, Bu Tati, menyukai seni tari . Putri mereka, Tania, menyukai seni lukis. Adik Tania menyukai origami. Jadi, dapat dikatakan bahwa keluarga Pak Adam menyukai seni.

2. Analogi

Analogi adalah penarikan kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Tujuan dari analogi adalah untuk meramalkan kesamaan, menyingkap kekeliruan, dan menyusun klasifikasi.
a. Analogi Induktif
Analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang ada pada dua fenomena, kemudian menarik kesimpulan bahwa yang ada pada peristiwa pertama juga ada pada peristiwa kedua.
Contoh: 1. Nita adalah anak Pak Rosidi, dia anak yang baik dan jujur.
2. Edo adalah anak Pak Rosidi, dia anak yang baik dan jujur.
3. Ade adalah anak Pak Rosidi.
Konklusi : Ade anak Pak Rosidi adalah anak yang baik dan jujur.
Konklusi yang ada lebih luas dari premis-premis yang ada. Dua anak Pak Rosidi anak yang baik dan jujur, namun tidak menjamin bahwa anak yang ketiga juga anak yang baik dan jujur.

b. Analogi Deklaratif
Analogi yang menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar dengan sesuatu yang dikenal. Atau dapat kita katakan, membandingkan dua hal yang berbeda dengan sebuah perumpamaan yang serupa.
Contoh:
Ilmu pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana sebuah rumah dibangun oleh batu-batu. Tapi tidak semua kumpulan fakta adalah ilmu, sebagaimana tidak semua kumpulan batu adalah rumah.

c. Analogi Logis
Kesimpulan dari analogi logis tidak dapat dikonfirmasi atau disangkal oleh bukti-bukti empiris.
Contoh :
a. "Hanya perempuanlah yang mengandung dan melahirkan anak". Kalimat tersebut tidak sama dengan "semua perempuan mengandung dan melahirkan anak".
b. "Hanya orang bijaksana yang menyukai puisi". Kalimat tersebut sama maknanya dengan "semua orang bijaksana menyukai puisi".

3. Kausal

Kausalitas adalah penarikan kesimpulan yang didasarkan atas hubungan ketergantungan antar kalimat yang mengindikasikan adanya hubungan sebab-akibat atau akibat-sebab.

a) Kausalitas Sebab-Akibat
Pola penalaran ini diawali dengan penjelasan sebab-sebab suatu peristiwa terlebih dulu, setelah itu memaparkan akibat-akibat yang ditimbulkan.
Contoh:
Kemarin malam Ade kurang tidur. Pagi ini ia mengikuti pelajaran olah raga. Sorenya ia mengikuti pembinaan basket. Ketika perjalanan pulang dari sekolah, ia kehujanan. Akibatnya, keesokan harinya Ade jatuh sakit.

b) Kausalitas Akibat-Sebab
Contoh :
Pagi ini Mirna tidak mau keluar dari kamarnya. Adiknya, Krisna, tidak mau memakan sarapannya. Ayah juga lesu. Semua terjadi karena Ibu marah-marah kemarin malam.
_________________________________
Sumber:

http://afirmanto.blogspot.com/2010/05/generalisasi.html
http://www.scribd.com/doc/41883214/Pola-Penarikan-Kesimpulan
http://www.scribd.com/doc/9678460/Aspek-Penalaran-Dalam-Karangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar